You Are Reading

0

b2s on news

Blog_ir@one




25 Desember 2010 14:51:30 WIB
Gus Thoriq

Kyai Yang Gemar Berkuda

Reporter : Brama Yoga Kiswara

Sederhana. Kata itu sangat cocok untuk menggambarkan sosok bernama Thoriq Darwis. Memakai sarung dan berbaju putih, Thoriq Darwis nampak gagah. Menunggangi kuda yang menjadi hewan peliharaan dan kesayangannya sejak enam tahun ini, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Babussalam, di Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang itu, adalah salah satu ulama yang cukup nyentrik jika dibandingkan sejumlah pengasuh ponpes lainnya diwilayah ini.

Pribadinya sangat santun. Kalem dan jauh dari unsur ulama khos (khusus) seperti pengasuh pondok pada umumnya. Lelaki yang akrab disapa Gus Thoriq ini, rupanya punya keinginan yang kuat tentang kuda. Ya, hewan ternak simbol kejantanan laki-laki tersebut, di matanya adalah bukan seekor binatang yang punya kekuatan lari mumpuni.

Kuda bagi Gus Thoriq adalah simbol kemasalahatan umat. Jika ditawari punya mobil atau milih punya kuda, mungkin, yang terlintas dibenaknya atau jadi pilihan utama adalah, pilih Kuda. “Punya kuda, derajatnya lebih tinggi daripada punya mobil,” ungkap Gus Thoriq pada suatu ketika saat ditemui beritajatim.com.

Pengasuh 600 santriwan dan santriwati di Ponpes Babussalam itu lantas menerangkan. Punya kuda, gaung dan pamornya akan lebih dikenal masyarakat. Uniknya, masyarakat akan menaruh rasa hormat saat kita punya kuda. Hal itu berbeda kalau kita punya mobil mewah. Masyarakat, mungkin akan memandang sebelah mata saja. Nah, hal itu akan berbalik seratus delapan puluh derajat kalau kita punya kuda dan menungganginya.

Saat menunggangi kuda, masyarakat bisa melihat kita dan saling mengucapkan salam jika bertemu. Pada fase ini, jelas ada hubungan batin yang kuat antara seseorang pemilik kuda dengan masyarakat. Lebih dari itu, punya kuda, seluruh desa atau penjuru kampung lainnya akan memperbincangkan jika kuda si fulan misalnya, bentuknya bagus, kuat dan punya kekuatan lari yang sangat kencang.

Dan hal itu, tidak akan kita miliki jika kita punya atau mengendarai mobil saja. “Di situlah letak perbedaannya. Mempunyai kuda dengan mobil mewah, masyarakat malah lebih dekat dengan seseorang yang punya kuda. Aneh memang. Tapi, inilah realita yang ada di tengah masyarakat kita,” papar Gus Thoriq.

Lebih jauh, ia menjelaskan, berbicara masalah Kuda, dirinya memang baru beberapa tahun ini saja mempelajari hakekat inti dan filosofi tentang berkuda. Dalam banyak kesempatan dan sejarah, tokoh-tokoh penting selalu mengendari kuda. Sejak jaman Nabi bahkan, kuda adalah hewan kesayangan sekaligus simbol kejantanan dan kemegahan. Hal itu tidak berbeda jauh pada saat Negara Indonesia, masih berupa kerajaan.

“Sejak dahulu kala, nenek moyang kita adalah penunggang kuda yang tangguh. Yang jadi persoalan kemudian, kenapa tidak ada materi atau ilmu berkuda yang benar untuk Ponpes atau tempat umum lainnya. Padahal, jika dikelola dan diasuh dengan benar, Indonesia bisa menjadi negara masyhur tentang berkudanya,” kata Gus Thoriq.

Berpedemon akan sejarah Indonesia yang tidak lepas dari sosok kuda itulah, lelaki berperawakan kecil ini berharap setiap Ponpes, punya peliharaan kuda. Sehingga, dengan mengembalikan kejayaan berkuda, hal itu bisa menumbuh kembangkan masyarakat pada olahraga berkuda. “Saya berharap Ponpes kami nantinya punya arena pacuan kuda. Ke depan pula, kami berkinginan ada perlombaan kuda yang baik antar Ponpes. Kenapa, karena dengan berkuda, raga bisa sehat. Sehingga, materi ilmu agama yang diberikan bisa diterima oleh para santri,” terangnya.

Ditambahkan Gus Thoriq, yang menarik tentang kuda ternyata, hewan ini bisa menyalurkan aura positif tentang kejantanan penunggangnya. Ilmu itu, dia dapat saat mempelajari literatur berkuda dan segala sesuatunya tentang hewan berpostur tegap itu. “Ya, kuda memang bisa menambah vitalitas bagi penunggangnya. Jadi, tidak perlu harus ke jasa penambah vitalitas lah,” katanya sambil terkekeh.

Di akhir perbincangan, putra dari KH Darwis ini menguraikan, ada ratusan Ponpes di Kabupaten Malang. Bayangkan saja, jika setiap Ponpes punya hewan peliharaan kuda, hal itu bisa menambah pemasukan jika memang ternak kuda dikembangkan misalnya. Karena harga kuda yang bagus, tentunya sangat mahal. Lebih dari itu, jika ada banyak kuda, bisa dibuatkan perlombaan pacuan kuda khusus ponpes. Karena bangsa kita sebenarnya, lebih mahir olahraga berkuda dari pada sepakbola.

“Saya berharap olahraga berkuda di kalangan santri lebih populer daripada sepakbola. Kenapa, tidak ada sejarahnya negara kita jago dalam sepakbola. Tapi kalau berkuda, sejak jaman kerajaan, kita sudah diakui. Dan itu, ada dalam literatur sejarah bangsa ini,” pungkasnya. [yog/but]



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2010 Iraones blog's